Butet Kartaredjasa Gelar Pameran: Seni yang Mengingatkan

Eksplorasi Makna “Eling Sangkan Paraning Dumadi” dalam Karya Seni Butet Kartaredjasa

Pada 22 Juni hingga 22 Juli 2025, Yogyakarta menjadi pusat perhatian dunia seni dengan digelarnya pameran foto dan video bertajuk “Eling Sangkan Paraning Dumadi” oleh seniman ternama, Butet Kartaredjasa. Pameran ini diselenggarakan di LAV Gallery, Jalan DI Panjaitan 66, Yogyakarta, dan menampilkan karya yang sarat makna serta kritik sosial.

Butet mengangkat tema filosofis tentang asal usul dan tujuan hidup manusia, sekaligus menyampaikan pesan moral kepada para pemimpin dan masyarakat luas. Karya-karyanya menggunakan tokoh Petruk dari pewayangan sebagai metafora untuk menggambarkan sifat tamak kekuasaan, kesombongan, dan kelupaan akan asal-usul diri sendiri.

Simbolisme Petruk dalam Kritik Sosial dan Politik

Dalam pameran ini, Butet memilih Petruk dengan hidung panjang sebagai simbol utama, mirip dengan karakter Pinokio dalam cerita anak-anak. Hidung panjang melambangkan dusta dan ketamakan, yang ia hubungkan dengan perilaku pejabat yang tidak tahu batas dalam mengejar kekuasaan.

Salah satu karya terkenal adalah foto patung Petruk yang berdiri di depan Istana Kepresidenan Yogyakarta dengan judul “Rindu Berkuasa”. Ini merupakan sindiran halus bagi mereka yang telah habis masa jabatannya tetapi masih ingin memegang kendali. Ada juga karya “Terheran pada Keangkuhan”, yang menampilkan patung Petruk di depan Gedung Agung, seolah-olah masyarakat sedang mempertanyakan sikap sombong para penguasa.

Karya lain yang mencuri perhatian adalah patung Petruk yang dibuang ke tempat sampah, menggambarkan bagaimana orang yang lupa daratan akan berakhir seperti limbah tak berguna. Di area masuk galeri, Butet memajang patung raksasa warna putih dalam posisi terbalik—kepala di bawah dan kaki di atas—dengan garis polisi membentang di sekitarnya. Menurutnya, dalam budaya Jawa, posisi seperti itu menggambarkan kualat atau balasan karma.

Perjalanan Petruk ke Berbagai Situs Bersejarah

Butet tidak hanya menampilkan karya statis. Ia membawa patung Petruk ke berbagai lokasi penting di Yogyakarta, termasuk:

  • Gedung Agung
  • Titik Nol Kilometer Yogyakarta
  • Alun-alun Utara
  • Panggung Krapyak
  • Situs Warungboto
  • Makam Panembahan Senapati di Kotagede
  • Situs Kerto Plered
  • TPA Piyungan
  • Watu Purbo Turi Sleman
  • Gumuk Pasir Parangtritis

Setiap kunjungan direkam dalam bentuk fotografi dan videografi, menciptakan narasi baru yang dapat ditafsirkan secara bebas oleh penonton. Dalam pandangan Butet, seni kontemporer memiliki kekuatan untuk memicu inspirasi, memberikan simbol-simbol baru, dan membuka ruang interpretasi yang lebih luas.

Tanggapan Tokoh Saat Pembukaan Pameran

Pembukaan pameran turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Mahfud MD, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo, Wakil Wali Kota Wawan, Goenawan Mohamad, dan banyak seniman. Mahfud MD dalam sambutannya menyatakan bahwa kekuasaan sering membuat seseorang lupa diri dan berusaha mempertahankan kedudukan dengan segala cara.

“Orang kalau berkuasa itu kadang keenakan, kebablasan. Menghimpun kekuatan agar kekuasaannya langgeng, mewariskan kepada keluarganya sendiri,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa semua orang, sekuat apa pun, pada akhirnya akan kembali ke asalnya. Menurut Mahfud, jika seseorang menggunakan kekuasaan untuk berbuat sewenang-wenang, maka hidupnya akan penuh kecemasan dan ketakutan.

Pesan Moral dan Spiritual

Butet menuturkan bahwa karya ini bukan semata-mata hasil ide pribadinya, tetapi juga tugas yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia ke-7, Joko Widodo, melalui surat resmi yang ditandatangani langsung oleh presiden. Surat tersebut berisi pesan agar Butet tetap sehat dan tidak lelah mengingatkan masyarakat akan nilai-nilai kehidupan.

“Surat dari presiden ketujuh, lalu ada tanda tangan, tulisan tangan, bunyinya adalah: Mas Butet harus selalu sehat, Mas Butet tidak boleh pernah lelah untuk selalu mengingatkan. Jadi saya kan sebenarnya sudah melaksanakan tugas,” tutur Butet saat pembukaan.

Melalui karya-karyanya, Butet ingin mengajak publik untuk kembali pada akar budaya dan spiritualitas, menjalani hidup sederhana, dan tidak sombong dengan pangkat atau kekayaan. Sebagaimana dikatakan Mahfud, jika kita bisa hidup rendah hati, maka tidur akan nyenyak dan jiwa tenang.

Pameran ini terdiri dari 36 karya foto dan beberapa video yang merekam perjalanan patung Petruk dari lereng Merapi hingga Pantai Selatan. Setiap karya mengundang refleksi mendalam tentang kekuasaan, moralitas, dan makna hidup yang sesungguhnya.

Post Comment